Adab Bertamu Dan Menerima Tamu
Adab Bertamu dalam Islam
a.
Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali
persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya
dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu
itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan bertamu justru
akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah
memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu pada tiga waktu
aurat.
Yang dimaksud dengan tiga
waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT
berfirman:
“hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di
tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An Nur : 58)
Ketiga
waktu tersebut dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya
digunakan. Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang
sederhana (karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka.
Apabila budak dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk
ke kamar ayah dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada
waktu-waktu tersebut tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang
hendak istirahat, karena terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima
kedatangan tamunya.
b.
Contoh Bertamu
1. Berpakaian yang rapi dan
pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti
menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan
pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah
SWT berfirman :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS Al Isra : 7)
2. Memberi isyarat dan salam
ketika datang
Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat.” (QS An Nur : 27)
Diriwayatkan bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ هُوَ
فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ : اُخْرُجْ
اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ
اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه ابو داود)
Artinya:”Bahwasanya
seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada
di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada
pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki
itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum,
bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR
Abu Daud)
3. Jangan mengintip ke dalam
rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin
Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah
Rasullulah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka
Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok
matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
4. Minta izin masuk maksimal
sebanyak tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan
rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan.
5. Memperkenalkan diri sebelum
masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu
memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata:
Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau.
Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya,
saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi kejelasan. Oleh sebab itu, tamu
hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas sehingga tuan rumah tidak ragu
lagi untuk
menerima kedatangannya.
6. Tamu lelaki dilarang masuk
kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian
hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke
dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi
dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.
7. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya
tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu
hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan
yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan
bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan
dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila
tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus
terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya.
8. Menerima jamuan tuan rumah
dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu
menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak
senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut,
sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau
minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu
sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan
rumah mempersilahkan dirinya.
9. Mulailah makan dengan membaca
basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika
seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa
menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu
waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)
10. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat
dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum
hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri
(kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat
bertamu saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di
rumah orang lain.
11. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan
berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang
habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang tersisa
padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang
lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang terkadang keliru.
Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah, hendaknya piring
tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada piring
yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang
melihatnya.
12. Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan
berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang
permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari
pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain.
Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap
terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah telah memperhatikan jam,
hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi
atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah menghendaki tamunya untuk tetap
tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan
itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar pemanis suasana. Apabila permintaan itu
sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu memperpanjang masa kunjungannya
sesuai batas kewajaran.
c. Hikmah
dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali
silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.
Adab Menerima Tamu dalam Islam
a. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang
sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu.
Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah
SAW:
مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ
بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya:
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan
tamunya.”(HR Bukhari)
b.
Contoh Menerima Tamu
1.
Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan rumah hendaknya
mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan tamunya.
Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti menghormati tamu dan
dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang berpakain rapi, bersih
dan sopan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Makan dan Minumlah kamu,
bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada
hambanya.” (HR Baihaqi)
2. Menerima tamu dengan sikap
yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan tamu dengan
sikap yang baik, misalnya dengann wajah yang cerah, muka senyum dan sebagainya.
Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau memandangnya
secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu berarti suatu
sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3. Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara menghormati tamu ialah memberi
jamuan kepadanya.
4. Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang ditentukan oleh Islam
hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu, tuan rumah tidak perlu
terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah yang mampu hendaknya
menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang mampu hendaknya
menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberi air putih maka air putih
itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah menjamu tamunya
dengan senyum dan sikap yang ramah.
5. Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban memuliakan tamu adalah
tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari waktu itu adalah sedekah
baginya. Sabda Rasulullah SAW:
اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ
ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya:
“ Menghormati tamu itu sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan
sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi)
6. Antarkan sampai ke pintu
halaman jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat menyenangkan tamu
adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke pintu halaman. Tamu
akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan rumah dan kehadirannya
diterima dengan baik.
c.
Hikmah dan Tujuan Menerima Tamu
Hikmah
dan Tujuan Bertamu yaitu mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan
antar sesama manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar